Seni Prasasti

Salam pengetahuan_ Melanjutkan pembahasan kita sebelumnya tentang Seni Rupa Tradisi,Modern, dan Kontemporer Indonesia, bahwa prasasti mulai dikenal pada masa berdirinya kerajaan-kerajaan di Nusantara atas titah atau perintah sang raja. Bentuk prasasti ini ada yang digoreskan ke batu (lingopala) dan juga ada yang di atas perunggu (tamra prasasti). Dari raja-raja pertama Nusantara yang mendapat pengaruh India,  hingga kini hanya ditemukan prasasti pada batu saja.

Fungsi Prasasti ini biasanya digunakan sebagai pengabadian atas suatu peristiwa yang amat penting, misalnya penobatan raja, penaklukan wilayah, dan pertukaran utusan untuk sebuah kepentingan tertentu. Huruf-huruf yang digunakan adalah huruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta, misalnya prasasti pada batu yang di Kutai dan Prasati Tarumanaga di Bogor (Jawa Barat), Jakarta, dan Banten. Prasasti yang lebih baru (abad VIII) yang ditemukan adalah prasasti Canggal di Raya Sanjaya.

Pada abad ke-7-8 muncul kerajaan Sriwijaya di Sumatera yang prasasti-prasastinya menggunakan huruf Pallawa tetapi bahasanya menggunakan bahasa melayu kuno. Unsur Indonesianya tampak dengan disebutkannya nama jabatan Indonesia asli, misalnya tuhaan walek, datu, dan sebagainya. Lambat laun, prasasti-prasasti, khususnya di Jawa menggunakan bahasa Jawa Kuno. sekitar abad XI, tumbuh suatu huruf yang dinamai huruf Kadiri, menurut tempat asalnya, atau juga biasa disebut huruf kwadrat, karena bentuknya menyerupai kotak geometri.

Prasasti Telaga Batu_Sriwijaya

Bentuk-bentuk prasasti pada batu ini cukup beragam. Selain bentuk persegi panjang, ada yang berbentuk menyerupai tugu ataupun batu alam yang diratakan. Adakalanya tulisan itu digoreskan pada punggung sebuah arca, guci batu, dan sebagainya. Sementara itu, pada prasasti tembaga biasanya dituliskan pada kedua sisi lempengan perunggu yang berbentuk segiempat atau persegi panjang.

Comments